KONSELING ISLAMI SEBAGAI PENDEKATAN PARIPURNA DALAM MENJAWAB PERUBAHAN NILAI
Abstract
Allah swt. menciptakan makhluk dengan bentuk yang paling baik dibandingkan dengan makhluk lain. Di dalam dirinya terdapat dua unsur yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, yaitu unsur jasmani dan rohani. Dengan dua unsur inilah manusia menjalankan tugasnya sebagai khalifah di atas dunia ini, memberdayakan kehidupan untuk kesejahteraan hidupnya di dunia dan akhirat.
Di dalam menjalankan fungsinya, manusia menghadapi ujian dan tantangan yang berat. Ujian tersebut dapat berupa nikmat atau musibah. Di dalam pandangan Islam, hal ini merupakan ujian keimanan. Allah swt. berfirman di dalam Alquran surat Alankabut, ayat 2-3, yang artinya “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan kami telah beriman, sedangkan mereka tidak diuji lagi.”
Masyarakat Aceh pascatsunami patut bersyukur atas nikmat, yaitu banyaknya fasilitas yang dibangun, situasi keamanan kondusif, aktivitas sosial meningkat. Namun, di sisi lain, kita perlu bertanya pada diri kita, sudahkah kita menjadi orang yang bersyukur dan dapat menggunakan nikmat itu dengan baik?
Aceh dalam situasi global saat ini, kehidupan semakin kompetitif dan membuka peluang untuk mencapai status dan tingkat kehidupan yang lebih baik. Dampak positif dari kondisi global telah mendorong manusia untuk terus berpikir dan meningkatkan kemampuan. Namun, globalisasi itu juga mempunyai dampak negatif.
Syamsu Yusuf[1] dalam bukunya, Landasan Bimbingan dan Konseling mengatakan dampak negatif dari globalisasi adalah (1) keresahan hidup di kalangan masyarakat yang semakin meningkat karena banyaknya konflik, stress, kecemasan, dan frustasi. (2) adanya kecenderungan pelanggaran disiplin, kolusi dan korupsi, makin sulit ditegakkannya ukuran baik, jahat, benar, salah secara tegas. (3) adanya ambisi kelompok yang dapat menimbulkan konflik, tidak saja konflik psikis, tetapi juga konflik fisik. (4) pelarian dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara dan adiktif seperti penggunaan obat-obatan terlarang.
Agaknya, apabila kita renungkan, di tengah-tengah masyarakat, terjadi pergeseran nilai, yaitu (1) dari kehidupan yang religius bergeser ke arah kehidupan materialistik. Masyarakat cenderung hidup hedonistik dan konsumtif, mengejar kepuasan, mengabaikan aspek ruhaniyahnya. (2) masyarakat kita dahulu dikenal dengan masyarakat yang cinta kebersamaan, saling tolong menolong, sekarang bergeser ke arah hidup individualistik dan kontrol sosial lemah. (3) pengalaman ritual keagamaan mulai kendor, ada saja di tengah-tengah masyarakat orang yang tidak salat, tidak puasa, bahkan salat jumat pun ditinggalkannya. (4) konflik individu, keluarga, dan sosial meningkat, kekerasan terhadap anak, sehingga ada anak yang kabur dari rumahnya, kekerasan rumah tangga yang mengakibatkan peningkatan perceraiaan, tawuran antar warga desa yang hanya disebabkan oleh maslah kecil. (5) pergaulan bebas merangkak naik. Akibatnya, penyakit aids naik kuantitasnya dari tahun ke tahun, ada kasus bayi dari hasil hubungan gelap yang tak berdosa dibuang begitu saja, serta banyak kasus lainnya di tengah-tengah masyarakat yang sangat meresahkan dan memprihatinkan. Dengan demikian, banyak manusia sekarang ini yang sebenarnya tidak menemukan lagi makna hidupnya dan mengindap gangguan psikis.
Ahmad Mubarak, sebagaimana dikutip Erhamwilda, dalam bukunya Konseling Islami, mengatakan bahwa ada beberapa gangguan kejiwaan manusia modern. Gangguan dimaksud adalah: (1) kecemasan, (2) kesepian, (3) kebosanan, (4) perilaku menyimpang, dan (5) psikosomatik.[2]
[1] Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan
dan Konseling, 2006, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, Cet. 2,
hlm. 1.
[2] Erhamwilda, Konseling Islami, 2009, Graha Ilmu, Yogyakarta, Cet. 1,
hlm. 53.
References
Yusuf, Syamsu dan A. Juntika Nurihsan. 2006. Landasan Bimbingan
dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Erhamwilda. 2009. Konseling Islami. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Horaby, A.S. Oxford Advance Learners Dictionary of Current English,
London: Oxford University Pers.
Al-Dimasyqi, Abu Zakariya Yahya Ibn Syaraf Al-Nawawi. 2000.
Riyadul Alsalihin. Beirut: Resalah Publisher.
Ibnu Hajar Al‘asqalani, Bulugh Al-Maram. 2001. Beirut: Muassasah
Alrayan.
Adz-Dzaky, M. Hamdani Bakran. 2001. Psikoterapi dan Konseling
Islam. Jakarta: Fajar Pustaka Baru.
Azzahrani, Musfir bin Said. Al-Tanjih Wa Al-Irsyad Al-Nafsi (Konseling
Terapi), penerjemah Sari Narulita dan Miftahul Jannah. 2005. Jakarta: Gema Insani.
Refbacks
- There are currently no refbacks.