URGENSITAS KOMPETENSI TENAGA PENDIDIK BAHASA INGGRIS DALAM KONTEKS PERSAINGAN GLOBAL

Yuniarti -

Abstract


            Seperti kita ketahui, pendidikan adalah proses membawa manusia kepada kehidupan yang lebih baik.  Suatu negara yang tidak melihat pendidikan akan mengalami ketertinggalan dari negara lain dan masyarakatnya sendiri tidak mampu bersaing dengan dunia luar.  Menilik dari pengalaman Negara lain, Jepang dan Korea menjadi negara maju dan mereka dihargai di dunia karena kekreatifitasan, keinofatifan dan kemajuan di bidang pengetahuan.  Kedua negara tersebut ternyata berkomitmen terhadap penguasaan ilmu dan bahasa Inggris sebagai suatu keharusan. Hingga saat ini, kedua negara tersebut dapat bersaing di berbagai sektor. Penguasaan ilmu dan bahasa Inggris adalah kunci utama.   Mengapa bahasa Inggris? Berbicara tentang bahasa Inggris, sejarah telah membuktikan bahasa Inggris lebih dominan sebagai bahasa yang didalamnya terdapat banyak ilmu dan peradaban.  Dominasi bahasa Inggris terjadi ketika kolonialisme barat berhasil melakukan perluasaan politik, ekonomi, ilmu & teknologi, dan budaya. Itulah sebabnya mengapa bahasa Inggris diakui dan digunakan sebagai alat dalam mengembangkan pengetahuan, bernegosiasi bisnis, dan berkomunikasi dengan dunia luar.  Seperti yang diungkapkan oleh Naisbitt berikut ini:

 “There are, in the world today, more than one billion English speakers-people who speak English as a mother tongue, as a second language, or as a foreign language.  60 per cent of the radio broadcasts are in English. 70 per cent of the world’s mail is addressed in English.  80 per cent of all international telephone conversations are in English. 80 per cent of all data in the several 100 million computers in the world is in English”.[1]

Saat ini, di dunia ada lebih dari satu milyar orang yang berbicara dalam bahasa Inggris sebagai bahasa ibu, sebagai bahasa kedua atau sebagai bahasa asing.  60% penyiaran radio menggunakan Bahasa Inggris. 70% surat-menyurat di dunia menggunakan Bahasa Inggris.  80% percakapan telepon internasional menggunakan Bahasa Inggris.  80% semua data dalam 100 juta computer di dunia menggunakan Bahasa Inggris.

                Hal serupa diungkapkan Ferguson berdasarkan penelitian ilmiah bahwa sumber ilmu pengetahuan dan korporasi multinasional, terkenal dan ikonik menggunakan bahasa Inggris[2]

            Singkatnya, tingkat penguasaan bahasa Inggris begitu penting karena era globalisasi tidak dapat dihindari dan dunia mengalami perubahan cepat dalam dimensi hubungan internasional tanpa sekat melalui web, internet, perjanjian, transaksi, ilmu pengetahuan, teknologi, pendidikan, dan kesempatan.

Menurut Indrawati, sebuah penelitian indeks pengembangan  sumber daya manusia (HDI) yang dilakukan UNDP telah mengeluarkan hasil bahwa dari 174 negara yang disurvei, sumberdaya manusia Indonesia berada di level 102.  Sumber daya manusia Indonesia tertinggal 50 tahun dari Singapore dan Malaysia. Kita masih tertinggal jauh khususnya dalam penguasaan bahasa Inggris.[3]

Hasballah mengungkapkan hanya beberapa orang Aceh yang memiliki posisi strategis dalam pekerjaan pada saat sesudah tsunami di Rehabilitasi-Rekonsialiasi Aceh-BRR dan internationals organizations (NGOs).  Itupun lebih dikarenakan faktor politik dan sosial-ekonomi bukan karena keahliannya atau kompeten dalam bekerja.  Posisi yang strategis tersebut banyak diduduki orang luar yang lebih kompeten dalam pengetahuan dan penguasaan bahasa Inggris.[4]   

            Berdasarkan fakta tersebut yang diungkap Hasballah, maka perlu kiranya para lulusan pada masa mendatang dipersiapkan untuk dapat bersaing dan mendapatkan pekerjaan yang ‘oriented-overseas job’ seperti di Timur Tengah, di negara-negara asia yang maju seperti Malaysia, Singapore, Japan, Korea atau Australia. Kesempatan kerja harus lebih mengarah pada pekerjaan yang bersifat keahlian atau ‘expert’ seperti ahli telekomunikasi, pedagang berbasis teknologi, dan di badan-badan internasional.[5]

Lemahnya sumber daya Indonesia sangat bergantung dari para pendidik yang berkompeten dalam menghasilkan lulusan yang unggul.

Yang ingin penulis diskusikan di sini adalah sejauh mana kompetensi pendidik bahasa Inggris secara profesi dan akademik?

            Tujuan artikel ini adalah untuk mengupas indikator ketidakunggulan kompetensi pendidik Bahasa Inggris dan mencari solusi meningkatkan kompetensi para pendidik Bahasa Inggris.

            Dalam kamus Webster New Collegiate (1981), profesi (profession) adalah panggilan dalam memperoleh spesialisasi pengetahuan melalui persiapan panjang dan intensif pada institusi.  Ketika seseorang sudah memiliki spesialisasi pengetahuan dan bekerja dengan ilmu tersebut maka seseorang tersebut di sebut ‘profesional’.[6] 


        [1] Naisbitt, John.  Global Paradox (NY: Avon Books, 1995).

[2]. Alwasilah, Chaedar. Perspektif Pendidikan Bahasa Inggris di Indonesia dalam Konteks Persaingan Global (Bandung: Andira, 2004).

[3]. Indrawati, Meningkatkan daya saing SDM Indonesia di era Pasar bebas (Bandung:           Andira, 2003).

 [4]. Saad, Hasballah. Kebijakan Meningkatkan Mutu Penddidikan di Aceh: sebuah Gagasan Alternatif. Makalah Seminar Peningkatan mutu Pendidikan (Banda Aceh: Dinas Pendidikan Provinsi Banda Aceh, 2009), pp.5

 

 [5]. Saad, Hasballah. Kebijakan Meningkatkan Mutu Penddidikan di Aceh: sebuah Gagasan Alternatif. Makalah Seminar Peningkatan mutu Pendidikan (Banda Aceh: Dinas Pendidikan Provinsi Banda Aceh, 2009), pp.8.

 

 [6]. Websters’ New Collegiate, Dictionary.  Definition of Profession at Http://www.webstercollegiate.org (1981).

 


References


Alwasilah, Chaedar. 1995. Profesionalism in Language. Jakarta: Jakarta Post.

Alwadilah, Chaedar. 1997. Lemahnya Diplomat Indonesia. Jakarta: Republika.

Alwasilah, Chaedar. 2003. Revitalisasi Pendidikan Bahasa: Mengungkap Tabir Bahasa demi peningkatan SDM yang kompetitif. Bandung: CV. Andira.

Alwasilah, Chaedar. 2004. Perspektif Pendidikan Bahasa Inggris di Indonesia: Dalam Konteks Persaingan Global. Bandung: CV. Andira.

Adam, Anas. M. 2010. Banyak Guru Belum Tersentuh Pelatihan. Serambi: Direktur Pembinaan Pendidikan Depdiknas. Banda Aceh: Serambi.

Buchori, Mochtar. 2010. Guru Profesional dan Plagiarisme. Jakarta: Kompas.

Harto, Sri. 2003. Peluang dan Tantangan Bisnis Terjemahan: Studi Kasus Tujuh Penerjemah Profesional. Bandung: CV. Andira.

Indrawati. 2003. Meningkatkan Daya Saing SDM Indonesia di Era Pasar Bebas. Bandung: CV. Andira.

Informasi Pendidikan. 1995. Kualifikasi Dosen. Jakarta: Republika.

Kartadinata, Sunaryo. 2009. Sertifikasi Guru: Perlu Manajemen Cerdas di Tingkat Pemerintah Daerah. Makalah Seminar Peningkatan Mutu Pendidikan. Banda Aceh: Dinas Pendidikan Banda Aceh.

Naisbitt, John. 1995. Global Paradox. New York: Avon Books.

Rudy, Inderawati. 2011. Aktualisasi Literasi Kalangan Intelektual dalam Mereproduksi Ilmu. JPBS FKIP. Malang : Universitas Sriwijaya.

Richards, Jack C. 1998. Beyond Training: Perspective on Language Teacher Education. New York: Cambridge University Press.

Stevenson, Harold W. dan James W Stigler. 1992. The Learning Gap: Why our school are failing and what we can learn from Japanese and Chinese Education. New York: Touchstone.

Saad, Hasballah. 2009. Kebijakan Meningkatkan Mutu Pendidikan di Aceh: Sebuah Gagasan Alternatif. Makalah Seminar Peningkatan Mutu Pendidikan Banda Aceh: Dinas Pendidikan Banda Aceh.

Sakri, Adjat. 1985. Ihwal Menterjemahkan, Terbitan 2. Bandung: Penerbit ITB.

Webster’s New Collegiate Dictionary. 1981. Professional Definition. At http://webster.com


Refbacks

  • There are currently no refbacks.